Beberapa Kondisi Fisik Berikut Mendukung Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kecuali – Ditulis oleh: Wan Hasjim Omar Jacob Saleh (Ilmu Ekonomi 2019) – Kepala Departemen Kajian dan Riset Strategis BEM FEB UGM
Pembeli roti tidak mengetahui apakah roti itu dibuat dari jagung yang ditanam oleh orang kulit putih atau Negro, oleh orang Kristen atau petani. Akibatnya, produsen gandum cenderung menggunakan sumber daya secara lebih efisien, terlepas dari sikap masyarakat terhadap warna kulit, agama, atau karakteristik lain dari orang yang mereka pekerjakan.
Beberapa Kondisi Fisik Berikut Mendukung Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Kecuali
Selama setahun terakhir, kita menghadapi banyak masalah terkait ras dan gender. Contoh terbesarnya adalah pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat sebagai ekspresi rasisme di kalangan polisi dan masyarakat Amerika. Lalu ada pemberitaan tentang meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga dalam tatanan rumah tangga (Mittal dan Singh 2020), yang mencerminkan adanya seksisme di masyarakat. Hal ini sangat serius dan penulis sendiri mengambil posisi yang kuat dalam hal ini. Namun ada bentuk diskriminasi lain yang perlu diwaspadai masyarakat, yaitu diskriminasi institusional.
Pembangunan Berketahanan Iklim
Berbeda dengan diskriminasi eksplisit pada contoh di atas, diskriminasi institusional merupakan bentuk diskriminasi yang berdampak pada aktivitas ekonomi seperti upah, akses terhadap pendidikan, barang konsumsi, akses terhadap kredit, dan lain-lain. Meskipun diskriminasi ini kurang terdengar di media, hal ini tidak kalah pentingnya karena sulit untuk mengabaikan hak istimewa yang kita miliki dan membiarkan kelompok yang kurang beruntung menderita sendirian. Lalu bagaimana ilmu ekonomi dapat menjelaskan tragedi ini?
Oleh Kenneth J. Arrow (1973) dan Edmund S. Phelps (1972). Kedua teori ini didasarkan pada hipotesis neoklasik bahwa konsumen dan produsen bertindak rasional dan konsumen berupaya memaksimalkan kesejahteraan mereka (
) dan produsen berusaha meningkatkan keuntungan mereka. Oleh karena itu, agen yang hanya berusaha bertindak demi keuntungan dirinya sendiri dan tanpa memandang keberadaan gender atau ras lain masih dapat didiskriminasi.
(Disclaimer: Masalah diskriminasi merupakan pembahasan yang sangat kontroversial bagi semua orang. Penulis disini hanya menguraikan teori ekonomi yang menjelaskan fenomena diskriminasi. Penulis tidak bermaksud untuk mengurangi atau meremehkan penderitaan masyarakat kurang mampu.)
Penghijauan Adalah: Pengertian, Bentuk, Dan Manfaat Penghijauan (2022)
Ketika meninjau literatur tentang diskriminasi, kita harus berhati-hati dalam menafsirkannya. Misalnya, bukan rahasia lagi bahwa perempuan dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun, sebagian besar literatur membandingkan mean atau median distribusi gaji antara laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan hasil tersebut. Oleh karena itu, perbedaan tersebut tidak memperhitungkan faktor lain yang mempengaruhi upah, seperti: B. Pendidikan, jam kerja, produktivitas, dll. Diskriminasi terjadi ketika dua orang dari kelompok berbeda menerima upah berbeda untuk kinerja yang sama. Oleh karena itu, diperlukan bukti lebih lanjut jika diskriminasi benar-benar terjadi. Oleh karena itu, mari kita pertimbangkan studi tentang diskriminasi gender dan rasisme.
Pertama, mari kita lihat perbedaan rata-rata gaji pria dan wanita. “Data dunia kita” menemukan bahwa rata-rata gaji laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan (Ortiz-Ospina dan Roser 2018). Perbedaan gaji rata-rata terbesar pada tahun 2015 terjadi di Jepang (25,7%), diikuti oleh Amerika Serikat (18,9%). Di Indonesia sendiri, rata-rata perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan adalah 730.000 rupiah (BPS 2020). Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, ada faktor lain yang menyebabkan perbedaan ini. Mungkinkah kesenjangan upah ini disebabkan oleh perempuan yang memilih pekerjaan yang lebih buruk dibandingkan laki-laki? Mungkinkah perempuan kurang produktif dibandingkan laki-laki? Atau bagaimana dengan diskriminasi gender pada tingkat pendapatan rendah dan tinggi?
Pertanyaan pertama sering ditanyakan oleh mereka yang skeptis terhadap diskriminasi atau mungkin pendukung anti-SJW. Hal ini mungkin benar, seperti yang ditunjukkan oleh survei
, dimana perempuan cenderung memilih perguruan tinggi untuk pekerjaan yang gajinya lebih rendah dibandingkan laki-laki (Chamberlain dan Jayaraman 2017). Hal ini tidak berarti bahwa pekerjaan yang didominasi perempuan kurang kompetitif atau kurang kompetitif dibandingkan pekerjaan yang didominasi laki-laki, hanya saja upah untuk pekerjaan yang didominasi perempuan lebih rendah.
Lat Pts Ips 22
Namun ternyata masih terdapat kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan di beberapa profesi. CEO laki-laki cenderung memiliki gaji lebih tinggi dibandingkan CEO perempuan (Lundell, Rundberg, dan Rosberg, n.t.). Kesenjangan ini disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat diskriminatif seperti rendahnya jumlah CEO perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Shin 2012) dan juga faktor non-diskriminatif seperti perilaku perempuan yang cenderung memiliki hal tersebut.
Hal ini juga terjadi di Indonesia. Hasil kajian Laili dan Damayanti terhadap data survei IBS tahun 2006 menemukan adanya kesenjangan upah di sektor manufaktur. Meski produktivitas perempuan dan laki-laki setara, namun ternyata upah perempuan lebih rendah dibandingkan upah laki-laki. Diskriminasi terjadi pada perusahaan non-ekspor, sedangkan diskriminasi upah tidak terjadi pada perusahaan eksportir.
Berbicara mengenai produksi: Seberapa tinggi produksi perempuan dalam angkatan kerja? Beberapa penelitian tidak menemukan perbedaan signifikan antara produktivitas laki-laki dan perempuan (Petersen, Snartland, dan Milgrom 2006). Namun, perempuan sering kali menjadi ibu. Apa dampaknya terhadap produktivitas ketika para ibu mengasuh anak-anak mereka dan melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga?
Produktivitas ibu masih belum menentu. Ada yang berpendapat bahwa produktivitas ibu sama dengan laki-laki (Krapf, origin, dan Zimmermann 2017), sementara ada pula yang berpendapat bahwa produktivitas perempuan menurun setelah mereka menjadi ibu (Kalis 2008). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh sifat perbedaan yang dibuat, dimana pada penelitian Krapf subjek bekerja di lembaga bisnis, sedangkan pada penelitian Kalist subjek bekerja di lapangan golf.
Pasar Bebas Adalah Kondisi Ideal, Apa Maksudnya?
Terakhir, bagaimana perbedaan upah antara kelompok berpendapatan rendah dan tinggi? Kesenjangan gender pada tingkat pendapatan tinggi dan rendah bervariasi dari satu negara ke negara lain. Di Meksiko dan Indonesia, kesenjangan upah gender paling besar terjadi pada tingkat pendapatan terendah dan menurun pada tingkat pendapatan lebih tinggi (Balothra dan Fernandez 2008; Taniguchi dan Tuwo 2014). Namun, di Amerika Serikat, kesenjangan upah gender terbesar terjadi di antara mereka yang berpenghasilan tertinggi (Gould, Shceider, dan Geier, n.t.).
Dalam kasus Meksiko, penyebab kesenjangan ini mungkin karena tingginya elastisitas substitusi antara pekerja laki-laki dan perempuan di masyarakat miskin. Artinya untuk menggantikan x pekerja laki-laki diperlukan lebih banyak x pekerja perempuan.
Selain itu, penurunan upah ketika anak dilahirkan lebih besar terjadi pada perempuan berpendapatan rendah dibandingkan perempuan berpendapatan tinggi.
: Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti jenis pekerjaan, produktivitas dan tingkat pendapatan, upah perempuan lebih rendah dibandingkan upah laki-laki.
Berita / Artikel
Hanya sedikit literatur yang menggambarkan kesenjangan upah rasial di Indonesia. Salah satunya dilakukan oleh Suryadama (2006) yang menentukan rasio pendapatan dan rasio jumlah penduduk. menemukan bahwa rasio orang Melayu, Jawa, Bak dan Cina masing-masing adalah 1,08, 0,97, 1,22 dan 2,72. Namun belum diketahui apa penyebab perbedaan rasio tersebut. Selain itu, statistik ini tidak menunjukkan kekayaan kelompok ras dan etnis di Indonesia. Diperlukan lebih banyak literatur yang menjelaskan kesenjangan upah berdasarkan ras dan etnis di Indonesia. Karena sebagai tanah Bhinneka Tunggal Ika
Di belahan dunia lain, terdapat statistik tentang perbedaan distribusi gaji di negara lain, misalnya di Amerika Serikat. Rasio upah non-kulit putih terhadap kulit putih pada tahun 2016 adalah 65% untuk warga kulit hitam, 63% untuk warga Hispanik, dan 103% untuk warga Asia. Untuk masyarakat berpendapatan rendah perbandingannya masing-masing sebesar 54%, 66% dan 83%. Namun untuk pendapatan tertinggi, perbandingannya masing-masing adalah 68%, 65% dan 113% (Kochar dan Cilluffo 2018).
Seberapa tinggi produksi berbagai ras? Untuk produktivitas, mari kita lihat variabel yang mewakili produktivitas individu, yaitu pendidikan. Di seluruh sekolah di AS, komposisi ras Kulit Putih, Kulit Hitam, Hispanik, dan Asia masing-masing adalah 69%, 9%, 10%, dan 6%. Sedangkan pada penduduk usia 5 hingga 17 tahun, komposisi ras kulit putih, kulit hitam, Hispanik, dan Asia masing-masing berjumlah 62, 15, 16, dan 3%. Jadi ada perbedaan pendidikan antar ras yang berbeda.
Jadi mengapa ada ketimpangan dalam ras dan bagaimana kita bisa mengurangi ketimpangan ini? Oleh karena itu, banyak ekonom yang mengembangkan teori ekonomi yang menjelaskan diskriminasi. Salah satunya adalah
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi: Ciri Ciri, Faktor Dan Metode Pengukurannya
Beberapa teori di atas merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, namun teori ini dapat menjelaskan teori diskriminasi rasa yang dikemukakan oleh Gary Becker.
Menurut Gary Becker, diskriminasi yang dilakukan masyarakat merupakan bentuk selera pribadi. Misalnya seseorang dari kelompok A tidak ingin membeli produk dari kelompok B, melainkan produk dari kelompok A. Orang tersebut adalah pemiliknya.
Misalnya produk Grup A dan B harganya Rp 20.000. Ketika seseorang membeli produk dari Grup B, orang tersebut juga mengeluarkan biaya non-moneter (DC) tambahan yang disebabkan oleh ketidaksukaan terhadap kelompok tersebut. Dalam persamaan berikut:
Dc pada persamaan di atas adalah koefisien diskriminasi Becker. Pada fenomena diferensial, DC mempunyai nilai positif dari 0 hingga tak terhingga. Sedangkan nilai DC yang negatif memungkinkan adanya nepotisme atau favoritisme kelompok. Dalam kasus di atas, asumsikan DC = 0,2. Artinya, biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk membeli barang golongan B sebesar Rp 24.000, termasuk biaya finansial dan biaya diskriminasi.
Makalah Sosial Ekonomi Perikanan
Seberapa dekat atau akrab secara fisik atau sosial kelompok kita dengan kelompok lain. Dalam hal integrasi, dimana kita dapat dengan mudah bertemu orang-orang dari kelompok lain, DC bisa kecil atau nol. Pada saat yang sama, DC bisa menjadi sangat besar dalam hal segregasi, dimana tempat-tempat umum, perumahan atau tempat kerja dipisahkan dari kelompoknya. Pada saat Becker menulis buku ini, undang-undang yang mendukung segregasi rasial seperti apartheid dan undang-undang Jim Crow sedang diterapkan di seluruh dunia (khususnya di Amerika Serikat). Penjelasan lebih lanjut mengenai pembagian tersebut dapat dilihat pada bagian kedua penelitian ini.
Lalu mampukah teori ini menjelaskan kajian empiris yang telah dijelaskan pada awal penelitian ini? Mari kita lihat diskriminasi selera di pasar tenaga kerja.
Misalnya, kita membangun fungsi produksi sentimen jangka pendek di mana tenaga kerja adalah input variabel dan modal adalah input tetap. Misalkan angkatan kerja dibagi menjadi dua kelompok A dan B.
Jika tidak ada diskriminasi antara karyawan A dan
Ekonomi Politik Kebijakan Hilirisasi Industri
Kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi fisik wilayah dan penduduk, berikut ini adalah beberapa cara efektif ketika beriklan di google adwords kecuali, kondisi sosial ekonomi indonesia, kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir, beberapa kondisi fisik berikut mendukung kondisi sosial ekonomi penduduk kecuali, berikut beberapa alat musik tradisional yang ada di indonesia kecuali, kondisi sosial ekonomi masyarakat desa, autoimunitas akan menyebabkan beberapa penyakit berikut ini kecuali, pengertian kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial ekonomi, berikut beberapa perangkat dalam komunikasi voip kecuali