Moderasi Beragama: Kunci Damai Dalam Keanekaragaman – Tidak ada komentar tentang moderasi beragama Diterbitkan dalam Artikel oleh admin Diterbitkan pada 10 Juli 2021 Juli 2021 Kata Kunci: Artikel, Matsama
Indonesia sebagai negara yang sangat beragam yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, bahasa, adat istiadat, dan agama, saat ini sering dihadapkan pada permasalahan terkait ekstremisme. Gerakan yang mengatasnamakan kelompok tertentu semakin hari semakin berkembang dan secara terbuka mengutarakan ideologinya. Aksi terorisme, penculikan, penyerangan bahkan pengeboman semakin sering terjadi.
Moderasi Beragama: Kunci Damai Dalam Keanekaragaman
Di antara berbagai jenis keberagaman yang dialami Indonesia, keberagaman agama mempunyai pengaruh paling besar terhadap ekstremisme di Indonesia. Munculnya kelompok ekstremis yang semakin melebarkan sayapnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti sensitivitas kehidupan beragama, masuknya kelompok ekstremis dari luar negeri bahkan permasalahan politik dan pemerintahan juga turut andil di dalamnya. Inilah sebabnya, di tengah permasalahan ekstremisme yang fanatik, muncul istilah “moderasi beragama”.
Moderasi Beragama Sebagai Strategi Merawat Keberagaman Indonesia
Pertama: Moderasi adalah sikap dan pendapat yang tidak berlebihan, tidak ekstrimis dan tidak ekstrimis. H.H. Al-Baqarah: 143, disebutkan di sini dalam arti moderasi, menjelaskan superioritas umat Islam atas yang lain.
Dalam kasus apa? Al-Quran mengajarkan untuk menyeimbangkan keinginan manusia terhadap spiritualitas atau tuntutan batin akan kehadiran Tuhan, serta menyeimbangkan tuntutan manusia dengan kebutuhan materi.
Dalam hadis disebutkan sekelompok orang mendatangi Nabi Muhammad untuk menunjukkan kehebatannya dalam beribadah, padahal mereka belum menikah. Nabi menjawab bahwa yang benar adalah menyeimbangkan ibadah dan kepuasan materi. Ini tahunmu.
Dalam hal moralitas, Al-Quran juga mengajarkan kita keseimbangan dan juga menekankan moderasi. Seseorang tidak perlu bermurah hati merelakan hartanya hingga bangkrut. Namun ia juga tidak boleh kikir, agar tidak ada seorang pun yang menjadi kaya kecuali dirinya sendiri, karena kekayaan terkonsentrasi di kalangan orang kaya. Oleh karena itu pesan ini diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri.
Edukasi Moderasi Beragama Siswa Sma/ma/smk
Kedua, moderasi adalah sinergi antara keadilan dan kebaikan. Esensi dari pesan ini berasal dari penafsiran para ahli tafsir Al-Quran terhadap ungkapan “Ummah Wathan”. Menurut mereka, makna ungkapan tersebut adalah umat Islam adalah umat yang mampu bersikap adil dan merupakan umat yang baik.
Agama menebar perdamaian, menebar cinta kasih, kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Agama tidak berupaya untuk menghomogenisasi keberagaman, namun menyikapinya dengan bijak. Agama hadir di tengah kita agar harkat, martabat, dan harkat kemanusiaan kita selalu terjamin dan terlindungi.
Oleh karena itu, jangan jadikan agama sebagai alat untuk mengasingkan, menghina dan melenyapkan satu sama lain. Oleh karena itu, marilah kita selalu menebarkan perdamaian kepada siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Agama artinya menjaga, menjaga hati, menjaga tingkah laku, melindungi seluruh bangsa, menjaga alam semesta.
Oleh karena itu, moderasi beragama adalah pandangan kita yang moderat terhadap agama, yaitu pemahaman dan pengamalan ajaran agama tanpa ekstremisme, baik sayap kanan maupun sayap kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian, dan keretakan hubungan antar umat beragama menjadi permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Mengapa Moderasi Beragama Begitu Penting?
Pluralisme di Indonesia tidak hanya dapat didekati melalui prinsip keadilan, namun juga melalui prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan netralitas dalam penyelenggaraan kehidupan atas dasar dan kepastian hukum. Namun keadilan yang didasarkan pada formalitas hukum yang tegas juga tidak akan cukup jika tidak disertai dengan kebaikan yang juga dilandasi oleh asas keadilan.
Hukum mungkin hanya menyentuh permukaan dan kehilangan makna keadilan yang sebenarnya, sehingga harus ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah dimensi hukum dan kebaikan adalah dimensi moral. Di QS. Al-Baqarah: 143, disebutkan bahwa Allah berfirman agar umat Islam menjadi suatu bangsa.
“Dan demikian pula Kami (juga) menjadikan kamu (yakni Muslim) sebagai kaum yang shaleh dan bertakwa agar kamu menjadi saksi (perbuatan) manusia, dan agar Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi ( (perbuatan mereka) Dan kami belum menjadikan kiblat itu sebagai kiblat Anda (saat ini), namun kami dapat mengetahui (hingga jelas) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang ia tinggalkan, dan (memindahkan kiblat) itu sangat sulit, kecuali orang-orang yang Allah SWT. memiliki. memandu; dan Tuhan tidak akan kehilangan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada manusia. (Surah Al-Baqarah: 143)
Menjadi moderat bukan berarti lemah dalam beragama. Moderasi tidak berarti kecenderungan ke arah keterbukaan dan kebebasan. Salah jika kita berasumsi bahwa orang yang moderat dalam beragama berarti tidak memiliki ekstremisme, atau tidak serius atau ikhlas dalam mengamalkan ajaran agamanya.
Fkub Kab. Pekalongan Mengadakan Dialog Interaktif Moderasi Beragama Bersama Toga Dan Tomas
Hal ini disebabkan pentingnya agama moderat bagi kita sebagai umat beragama, serta meluasnya gerakan ini. Jangan sampai Indonesia menjadi negara yang penuh permusuhan, kebencian dan konflik. Kerukunan antar umat beragama merupakan modal penting bagi bangsa ini untuk maju dan berkembang. Kh. Ahmed Fakhr Rozi mengatakan moderasi beragama menjadi solusi karena dapat menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan beragama yang rukun, serasi, dan damai yang mengedepankan keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan berkeluarga, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan secara umum. (Foto: Instagram @gus_fahrur)
Masyarakat Indonesia yang majemuk memerlukan sikap toleran. Indonesia merupakan negara yang diberkahi dengan keberagaman suku, suku, budaya, bahasa dan agama yang hampir tidak ada bandingannya di dunia. Ada enam agama yang banyak dianut masyarakat, dan terdapat ratusan bahkan ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta kepercayaan lokal yang ada di Indonesia.
Moderasi beragama dapat diartikan sebagai pandangan, sikap dan perilaku yang selalu mengambil posisi tengah (washatiya), selalu bertindak adil dan tidak ekstrimis dalam beragama. Moderasi beragama juga berarti pendekatan seseorang terhadap agama tidak ekstremis dan tidak ekstrem dalam melaksanakan ajaran agamanya. Orang yang menjalankan moderasi beragama bisa juga disebut moderat.
Moderasi dan pengendalian diri adalah sikap dewasa yang baik dan sangat diperlukan. Sebaliknya, ekstremisme, ekstremisme, dan kekerasan, termasuk ujaran kebencian, penghinaan, dan penipuan atas nama agama, bersifat kekanak-kanakan, jahat, memecah belah, merusak kehidupan, bersifat patologis, tidak baik dan tidak berguna.
Dekan Fah Uin Alauddin Jadi Narasumber Sosialisasi Moderasi Beragama Di Unhas
Presiden RI Joko Widodo berkali-kali mengimbau para tokoh agama menjadikan agama sebagai sumber nilai-nilai yang mendorong keberagaman. Presiden menghimbau para tokoh agama dan aliran agama untuk menyajikan visi keagamaan yang lebih dalam dan luas dalam masyarakatnya, karena eksklusivitas, ekstremisme, dan sentimen keagamaan cenderung didasarkan pada ajaran agama yang menyimpang. Tidak dapat dipungkiri bahwa agama merupakan ruh fundamental bangsa ini, oleh karena itu para pemuka agama mempunyai peranan penting dalam menjaga keberagaman sebagai kekayaan dan modal sosial budaya Indonesia.
Salah satu ancaman terbesar yang dapat memecah belah kita sebagai sebuah bangsa adalah konflik agama, terutama yang disertai dengan tindakan kekerasan. Karena? Sebab agama, apapun itu dan dimanapun berada pada hakikatnya bersifat partisan, penuh muatan emosional, fanatisme, dan subjektivitas yang kuat, sehingga selalu menimbulkan ikatan emosional antar pemeluknya. Bahkan bagi para pengikutnya yang fanatik, agama adalah “sesuatu” yang suci, keramat, berpenghuni, dan disucikan. Fanatisme ekstrim terhadap kebenaran subjektif penafsiran agama seringkali menimbulkan permusuhan dan perselisihan di antara mereka sendiri.
Konflik yang berasal dari agama dapat mempengaruhi kelompok atau aliran pemikiran yang berbeda dalam satu agama (sektarian atau intra-agama), atau timbul antara kelompok yang berbeda dalam agama yang berbeda (sektarian atau antar agama). Kemunculan konflik yang bernuansa keagamaan seringkali dipicu oleh sikap saling menyalahkan atas penafsiran dan pemahaman agama, rasa superioritas moral, serta kurang terbukanya penafsiran dan pendapat agama terhadap orang lain.
Mengikuti kebenaran adalah suatu kewajiban (Al-Baqarah 2:147). Namun harus menghindari perasaan paling benar, paling murni dan paling suci agar tidak berlebihan. Bagaimanapun juga, sikap yang berlebihan akan membuat seseorang tampil sebagai pengawas dan penilai kebenaran bagi orang lain, namun belum tentu pihak lain tersebut berada di jalur yang salah atau salah total.
Pdf) Religious Moderation In The Recitation Activity Of Muslimat Nu: An Effort To Prevent Religious Extremism
Perbedaan antar aliran atau pandangan dalam mengamalkan Islam tidak boleh dibesar-besarkan sehingga menghalangi kita untuk berbuat baik satu sama lain. Kita harus mengikuti saja ulama yang kebenarannya kita yakini. Tidak perlu memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang kita yakini benar, apalagi mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pendapat.
Diantara hal yang harus dihindari untuk menjaga persatuan umat Islam dalam kerangka moderasi beragama adalah egoisme dalam kebenaran kelompok dan kritik terhadap sesama umat Islam. Menurut dalilnya, agama ini termasuk salah satu dosa besar, apalagi jika memiliki hati yang tidak beriman terhadap sesama umat Islam. Menurut Al-Siddiq Abdullah bin Masoud radhiyallahu ‘anhu, Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) bersabda:
Menganggap satu sekte benar dan menyatakan kelompok lain kafir merupakan tindakan nekat yang terkadang menimpa sebagian umat Islam karena buruknya pemahaman mereka terhadap doktrin dan sumber hukum Islam yang benar. Faktanya, kami telah menemukan banyak hadis Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) yang memperingatkan hal ini.
“Tidak seorang pun boleh menuduh seseorang melakukan maksiat, atau menyatakan dia kafir, karena tuduhan itu jatuh pada dirinya sendiri jika orang lain tidak seperti yang dituduhkannya.” (Sahih Al-Bukhari n° 6045)
Membangun Moderasi Beragama Pada Hari Santri
“Barangsiapa berkata kepada saudaranya: Hai kafir! Mungkin aku akan menjadi salah satu dari mereka lagi. (Sahih Al-Bukhari n° 6104)
Moderasi beragama sangat penting dalam strategi budaya kita untuk melestarikan keindonesiaan. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, para pendiri bangsa sejak awal berhasil mewariskan suatu bentuk kesepakatan negara-bangsa yaitu Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang jelas berhasil mempersatukan seluruh agama, suku, bahasa dan bahasa. kebangsaan. Kelompok budaya. Indonesia memang bukan negara agama, tapi tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama tetap dilestarikan, begitu pula kearifan dan adat istiadat setempat. Negara banyak menetapkan hukum agama dan ritual serta budaya keagamaan terjalin secara harmonis dan damai.
Sebagai negara yang majemuk dan multikultural, konflik agama bisa saja muncul di Indonesia. Kita memerlukan moderasi beragama sebagai solusinya, sehingga menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan beragama yang rukun, rukun, damai dan mengedepankan keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan berkeluarga, kehidupan sosial, maupun kehidupan pada umumnya.
Sedang
File 28 09 2021 6152767671b32
Rangkuman moderasi beragama, moderasi beragama di indonesia, buku moderasi beragama kemenag, pengertian moderasi beragama, buku moderasi beragama pdf, buku saku moderasi beragama, template ppt moderasi beragama, buku tentang moderasi beragama, buku moderasi beragama, arti moderasi beragama, definisi moderasi beragama, maksud moderasi beragama